Menulis mungkin memang ekspresi diri yang membuat bahagia. Seharusnya tidak terbelenggu apapun. Banyak kebebasan yang bisa menjadi privilese seseorang dalam menulis. Tapi, saat berada dalam posisi membandingkan antara karyanya dan karya orang lain akan muncul persepsi baik dan kurang baik. Lalu, saat dirinya berada dalam kondisi kurang baik seharusnya adalah mencari pertolongan dengan membaca lebih banyak buku. Bukan mencari pembenaran dengan kuantitas yang membaca sama dengan kualitas isinya. Padahal dia sendiri sadar kalau itu hanya penyangkalan.
nauraini
Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu insidental. Usaha- usaha untuk menyatukan secara paksa, hanya menghasilkan anak banci. Persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat, dan merusak pergerakan.
Sutan Syahrir
Kangen banget sama ini bocah. Ketemu pertama langsung membekas di hati. Tumbuh sehat ya kamu, Noah :) with Kiki at McDonald's – View on Path.
Akhirnya kembali ke tanah rantau. Dengan sesak hati dilepas Ibu, adik dan saudara. Sebuah kecupan manis dari Ibu semakin meluluhlantakkan pertahanan yang coba di bangun. Tapi bagaimanapun, beliau harus tegar karena putrinya bukan pergi untuk hal yang sia-sia. Tapi untuk hal yang apa-apa. Insyaallah.
Kembali ke Bogor di temani ayah super hebat. Karena alasan mau pindah kos beliau memutuskan untuk ikut. Selalu begitu. Alasan sederhana menjadi hal yang sangat krusial saat itu menyangkut buah hatinya.
Astaga aku bukan tak ingat sesuatu. Aku sangat ingat dan bahkan sangat menentang. Iya, aku menentang ayahku mengantarku ke Bogor. Aku bisa mengatasinya sendiri. Pindah kos itu soal yang tak terlalu sulit. Tapi kembali lagi, kecintaan yang amat sangat pada putrinya, beliau rela melawan rasa sakitnya. Ya, beliau sedang sakit. Sakita yang sudah beberapa hari ini membuat beliau sedikit ringkih dan berkali mengucap istighfar saat nyeri itu mendera. Sakit yang membuat beliau memutuskan cuti lebih awal dan 3 hari berbaring di rumah. Ya, sakit tulang yang begitu membuatnya kesakitan.
Sakit yang dulu pernah di uji-kan padanya kini kembali harus dijalani. Dulu kaki kiri sekarang kaki kanan. Ringkih gerak membuatku semakin sesak. Sungguh, aku memaksa beliau agar tak memaksakan diri. Tapi, sungguh aku tak kuasa.
Akhirnya keberangkatan pada hari Sabtu malam, 23 Agustus 2013 sekitar pukul 20.30 WIB. Perjalanan menumpang mobil kakak, mobil pribadi kapasitas 8 orang. Dan di dalam mobil tersebut cukup sesak dengan 9 orang. Sebenarnya tidak sesesak itu, tetapi karena barang bawaan yang banyak membuat sesak.
Banyak ujian pada saat di dalam mobil. Posisi duduk yang sangat tidak nyaman karena banyaknya barang pasti membuat beliau makin kesakitan. Perlawanan rasa sakit tersebut dilawan dengan tidur yang tak begitu nyenyak sepanjang jalan.
Akhirnya sampai sekitar pukul 12.30 WIB. Perjalanan yang cukup melelahkan. Kemudian istirahat membuat kami lupa waktu. Setelah bangun, akhirnya kami pulang ke rumah kontrakanku dan mandi. Setelah itu menggelar kasur di depan televisi dan bersiap tidur.
Selama tidur, tak urung ku dengarkan beliau mendesis kesakitan. Itu lebih dari sebuah tusukan bagiku. Berubah-ubah posisi cukup membuktikan bahwa beliau masih sangat kesakitan. Pukul 3.30 beliau terbangun dan melaksanakan ritual malam yang rutin beliau lakukan, menghadap Sang Khalik dalam sujud. Setelah itu beliau melanjutkan tidur dan cukup pulas sepertinya. Membuatku sedikit lega.
Pagi harinya ternyata sakit itu masih terasa mendera. Akhirnya setelah beliau Shalat Duha, kami menuju kos baru untuk melihat kondisi dan mengambil kunci. Setelah itu kami pergi ke Lapas Cibinong untuk mengambil motor Kakak.
Ah, sepanjang perjalanan itu membuagku melayang pada ingatan lalu. Mengingat aku sudah disini selama kurang lebih setahun. Tapi sayangnya pergi pulang kampung selama sebulan tak begitu membuatku merindukan kota ini. Aku merasakan bahwa kota ini semakin gersang. Siang hari dengan panas yang sangat menyengat. Sungguh kontras dengan sebutan Kota Hujan yang hingga sekarang masih di sandang. Pembangunan flyover yang tak kunjung selesai membuat suasana semakin gerah. Idealisme sebagai mahasiswa konservasi sedikit terusik melihat kota yang tenggelam dalam beton ini. Oh, sungguh panas. Celetukkan ayahku mengenai Pasar yang berada di pinggir jalan raya. Pasar bernama Ciluar yang diplesetkan Ciruwet -_-"
Kemudian siang hari saat kembali ke kontrakan, kami makan siang di dekat Pasar Ciluar yang sebagian besar sudah dibongkar. Entah untuk apa. Semoga bukan untuk gossip yang sudah kudengar. Setelah sampai kontrakan aku dan ayah bersantai menonton televisi dan istirahat dari panas yang mendera.
Sore hari yang sebenarnya di rencanakan untuk pindahan barang terpaksa harus ditunda. Ini alasan yang sangat apa-apa. Aku dengan tegas menolaknya saat ayah mengingatkan untuk segera berkemas. Ayahku kesakitan saat bangun tidur dan hanya terduduk lemas. Astaghfirullah, itu membuatku sangat sesak. Sungguh sesak.
Ayah, perjuanganmu untuk putrimu. Kenapa harus sebegitu besarnya? Egoku pun tak membuatmu untuk berfikir dua kali walaupun untuk alasan yang sederhana. Semoga sakitmu segera reda, Yah. Semoga ujian ini segera berlalu dan engkau dapat melewatinya dengan gemilang. Semoga kesehatan menjadi nikmat yang selalu kau sandang. Dan doakan aku untuk tetap beristiqomah menjalankan apa yang engkau nasehatkan :') Aku mencintaimu karena Allah, Ayah.
beginilah :)
Pada saat kita sudah berada di titik terendah, hanya ada satu jalan yang bisa dilalui. Yaitu jalan kembali ke atas!
Noah The Movie
THIS!
(via firranayana)
INI!
We’re no longer living the life of thievery our stolen glances subjected us to. If I wrap the present around myself tightly enough, I can pretend that you’ve never existed, that the shaky and yet so honest idea of us was never conceived.
I’ve erased my past to eradicate you (via multa--paucis)
So much alike and distance can't be broken
Bunuhlah setiap waktu kosong dengan ‘pisau’ kesibukan! Dengan cara itu, dokter - dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu - lagu seperti burung - burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur diatas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata kesedihan
dikutip dari Buku Laa Tahzan, Dr. ‘Aidh al-Qarni (via titismaulanti)
They were indeed happy.
(via sagitaninta)
this (again) :)
Betapa mulut itu benar-benar pisau tajam. Hati siapapun bisa tergores dan menyisakan luka yang berbekas. Lalu mungkin harus dibiasakan untuk tak banyak bicara. Karena bukan antek politik jadi tak ada gunanya menjadi merasa penting di hadapan siapapun. Terkadang saat tak bicara itu menjadi merasa sepi. Tapi saat banyak bicara itu benar adalah sebuah ketakelokan. Mungkin sekarang harus dibiasakan merasa sepi.
NN
Aku tak ingin menulis tanpa konklusi Apapun itu hidup adalah pertanyaan, terserah. Aku hanya meyakini untuk memaksakan ada jawaban dari sebuah pemikiran yang dalam. Harus ada.
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts